Jadi orang kok tidak kreatif, kerjaannya menjiplak dan mengutip.
Begitu kata seorang teman yang beberapa kali saya sodori catatan-catatan penting dari koran atau buku. Mendengar ucapannya saya jadi bingung mau menjawab bagaimana, bukan karena saya telak tidak bisa menanggapi tapi karena saya tidak tahu harus menjelaskan dari mana.
Memang tidak semua orang memiliki kreatif tinggi, tapi hanya sedikit sekali orang yang melompati hidup langsung pada proses kreatif. Karena saya bukan bagian dari orang yang melompati hidup langsung pada proses kreatif itu, maka saya memulainya dengan proses menjiplak dan mengutip. Ya, saya berharap suatu saat kreatifitas itu betul-betul terlahir dari jiwa saya yang hampa ini. Dan semoga benar terjadi.
Dosen saya pernah membiarkan mahasiswa yang menjiplak dan mengutip makalah orang lain seenaknya. Saya yang menyampaikan protes langsung justru tertegun karena mendengar jawabannya itu. Itu proses pembelajaran bagi dia hingga suatu saat dia akan benar-benar menulis makalah dengan kepala dan tangannya sendiri, jawabnya.
Suatu hari, saya melihat teman saya memberi tugas makalah kepada murid-muridnya. Ada muridnya yang menulis dengan kreatifitas dan informatif, dan ada juga yang seperti mahasiswa tadi, menjiplak seenaknya. Saking enaknya menjiplak sampai ia lupa mengganti latar belakangnya tentang pelajaran Biologi, padahal itu tugas Bahasa Indonesia.
Kebiasaan menjiplak dan mengutip masih saya lakukan sampai sekarang. Bedanya sekarang saya menjiplak dan mengutip lebih sopan dan enaknya dibagi bersama. Saya tulis referensinya lengkap di anotasi atau di footnote. Dengan begitu semua jadi enak; saya enak menjiplak, penulis asli juga merasa enak karena tidak dienyahkan ke kotak sampah, dan pembaca juga enak karena tahu kalau ternyata kepintaran saya selama ini berkarya sebenarnya dihasilkan dari proses jiplakisasi.
Saya teringat teman saya yang juga beberapa kali –tidak sering seperti saya- menjiplak sana sini. Tujuannya menjiplak adalah untuk melatih daya kreatifitasnya, membandingkan karyanya dengan karya orang lain, lalu ia menulis sesuatu yang baru. Inilah kreasi saya, rekreasi dari kreasi sebelumnya. Kadang tampak seperti mimetik. Tak apalah yang penting saya sudah melakukan aktualisasi. Begitu katanya.
Tapi saya kok gak bisa seperti itu ya. Selalu stagnan. Mungkin ada benarnya nasehat ayah. Jatuh cintalah, maka kau akan menjadi orang paling kreatif dalam masa-masa hidupmu.
Minggu, 30 Oktober 2011
0 on: "Kreatifitas Bermula dari 'Menjiplak'"