Monday, 18 May 2015

Mata Air dan Sekolah


Orang bersenang-senang biasanya disalurkan dengan pesta dan bersuka ria. Sangat kecil kemungkinan orang sedang merasa senang dan ingin bersenang-senang dirayakan dengan cara menangis dan bermuram durja. Namun, 'senang' dan 'bersenang-senang' jelas sangat berbeda.

Begini, senang adalah sumber mataair sedangkan bersenang-senang adalah gemercik air ke arah hilir. Karena senang adalah mataair maka orang yang sedang senang justru membawa peringai yang tenang. Ah, senyumnya menawar seperti air jernih dari perut bumi.

Nah, bersenang-senang itu ya memang harus berisik. Kalau ada air sungai tidak memunculkan gemericik yang menggoda telinga, ya saya sarankan jangan nyemplung. Jiwa dan ragamu akan terancam. 


Ujian Nasional itu ibarat batu yang dilewati para pendidik dan terdidik, pendadar dan terdadar, para penempa dan yang ditempa. Kalau Ujian Nasional mengakibatkan gemericik kekisruhan dan prasangka ya wajar saja. Yang penting sumber air tidak ternodai. Pendidikan tetap mengucurkan air jernih yang akan menyirami sawah-sawah. Pendidikan akan tetap tenang dengan kejernihannya. Namanya air, seharusnya siap mengalir di mana saja.

Yang saya heran, kenapa sekarang jadi banyak kanal-kanal? Air diirigasikan kesana sini. Maksud saya banyak sekolah yang ingin mencetak generasi ini dan itu, mengirigasikan anak-anak ke bidang ini itu, tapi lupa menghidupi sumber mataairnya. Kalau kamu ke pegunungan dan ada sumber mata air yg jernih, coba lihat ke sekeliling pasti ada pepohonan rindang yang tumbuh di dekat sana. Kalau ada mataair tapi ditinggalkan pepohonan nan rindang, ah saya kira itu bukan mataair tetapi sumur bor yang tumpah.

Nah, sekarang coba lihat sekolah-sekolah yang ada di sekitarmu. Adakah pepohonan rindang yang menyerap air dari dalam perut bumi? Atau justru sumur bor yang mendatangkan air secara instan tetapi sebenarnya tengah membunuhi kehidupan? 

2014

0 on: "Mata Air dan Sekolah"