Tuesday, 19 May 2015

Qurban, Bukan Hanya Menyembelih Binantang

Qurban Yuk! || Garmbar: nomor2.blogspot.com

Penyembelihan binatang qurban adalah salah satu ajaran Islam yang di dalamnya Allah ingin mendidik manusia mencapai kematangan spiritual tentang ketaatan, pengorbanan, keikhlasan atas –setidaknya- kehilangan harta benda. Selain untuk mencapai kematangan spiritual, qurban juga memberi hikmah tentang pendidikan hawa nafsu.

Qurban sering diibaratkan sebagai penyembelihan sifat-sifat kehewanan yang ada pada manusia. Ketika sifat-sifat kehewanan ini disembelih maka yang tertinggal dalam diri manusia adalah sifat-sifat kemalaikatan, yakni ketaatan menghamba pada Allah ta’ala.

Qurban bukanlah pakain jadi yang menghiasi manusia, yang kalau memakainya lantas terbebas dari sifat-sifat kebinatangannya. Atau semacam saklar yang digunakan untuk menyalakan cahya kemalaikatan dalam diri manusia. Tapi ia hanya jalan yang menuju ke cahya itu, dan karena ia hanya sebuah jalan maka wajarlah kalau di tengah perjalanan itu akan ditemui rambu-rambu dan rintangan-rintangan.

Jadi, seseorang mengurbankan seekor kambing sebagai bentuk ketaatan menjalankan sunnah Nabi. Tetapi menjalankan ketaatan itu tidaklah mudah. Bisa saja dalam proses pemilihan binatang qurban terjadi tawar menawar harga yang alot sehingga menimbulkan amarah. Itulah pengganggu pertama. Lalu dalam proses menunggu hari penyembelihan ia lalai merawat kambingnya hingga sesekali kelaparan. Itulah pengganggu kedua. Ketika membawa kambing qurbannya ke lapangan ia melihat temannya membawa binatang qurban yang lebih kecil dari miliknya sehingga ia merasa bangga diri melihat kambingnya lebih ‘bermutu’ daripada milik temannya. Itulah pengganggu ketiga. Dan mungkin akan ditemui pengganggu-pengganggu lainnya.

Seseorang membeli hewan qurban untuk merasakan kedekatannya pada Allah, atau seseorang itu telah merasakan kedekatannya kepada Allah sehingga untuk merasakan lebih akrab lagi maka ia berqurban di hari Ied Adha? Pertanyaan ini penting untuk disuapkan kepada diri kita yang akan berqurban. Karena siapa tahu dalam menjalani ibadah yang mulia ini justru sifat kehewanan itu tumbuh bersemi.

Sifat hewan yang melekat pada manusia bisa berbentuk keinginan untuk menang sendiri, kebanggaan membusungkan dada, meraup kepuasan untuk memenuhi hasrat dirinya sendiri. Padahal Islam mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa berbagi dan menolong satu sama lain, Islam mengajarkan kerendah hatian sehingga orang lain merasa nyaman berada di sisinya, dan islam tak henti-hentinya menasehati supaya keras dalam mendidik nafsu karena kecendrungan nafsu lebih pada hal-hal yang merusak dirinya.
 
Korban bukan qurban. Korban ada objek lemah dari sebuah peristiwa besar dan dalam kelemahannya itu seseorang mencoba menguatkan diri. Sedangkan qurban adalah aktifitas ‘melumpuhkan’ sesuatu dalam diri yang tadinya kuat lalu dipenggal dominasinya. Kekuatan itu kalau tumbuh justru akan menjauhkan. Sehingga pemenggalan itu adalah dalam rangka mendekat, tak hanya mendekatkan dirinya sebagai hamba kepada Allah ta’ala tetapi juga mendekatkan yang jauh. Mendekatkan rejeki melalui berbagi, mendekatkan kebahagiaan melalui nikmatnya hidangan, mendekatkan berkah melalui mengalah (ngalah karena hanya mendapatkan sedikit dari hewan qurbannya).

Qurban berasal dari bahasa arab qoruba yang berarti dekat. Ia intransitif. Orang yang dekat disebut qo:rib. Kedekatan satu sama lain disebut qorobah. Tetapi qurban bukan lagi bukan lagi intransitif. Ada pihak yang mendekati dan ada pihak yang didekati. Sehingga yang tadinya jauh berubah menjadi lebih dekat (aqrob). Yang tadinya dekat berubah menjadi lebih dekat lagi.

2014

0 on: "Qurban, Bukan Hanya Menyembelih Binantang"