Comic Panji Koming |
Siapa pun yang menjadi penguasa di negeri ini, baik karena dorongan yang baik-baik atau karena dorongan nafsu untuk menguasai, sesungguhnya ia menjadi pemimpin yang paling mujur karena dua hal. Pertama, ia menguasai negeri yang berlimpah ruah dengan segala kekayaannya dan kedua, rakyatnya yang tak peduli-peduli amat dengan siapa yang menjadi presiden.
Indonesia dengan segala penindasan yang pernah dialami adalah negara dengan nilai kekayaan yang luar biasa. Kekayaan hayatinya tak ada yang mampu menandingi. Dengan daerah kelautan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke, Indonesia memiliki potensi ternak ikan laut terkaya di dunia. Segala ikan ada di sini. Dengan daerah tropis dan hutan hijau yang sangat luas, Indonesia menjadi paru-paru dunia. Kalau ada pajak hirup udara, maka hasil pajak yang terkumpul dari seluruh dunia itu akan dibagi menjadi dua, pertama untuk Brazil dan kedua untuk Indonesia.
Kekayaan buminya pun tak habis-habis dikeruk oleh cukong-cukong yang serakahnya bukan main. Semen, batu bara, minyak, tembaga, emas, perak, dan entah apa lagi yang tak pernah terekspos oleh publik.
Yang lebih menarik lagi adalah rakyat yang tak peduli dengan siapa presidennya. Toh, partai yang menjanjikan ini itu saat musiman lima tahunan itu hanya segelintir saja yang benar-benar mengajarkan politik pada masyarakat. Toh, para anggota legestalif itu hanya menampung sangat kecil dan sedikit manusia yang mau menepati janji kampanyenya. Dan presiden yang telah dipilih oleh rakyat itu entah memenuhi janji yang mana dan yang diucapkan entah untuk siapa.
Tapi rakyat tetap biasa. Tetap jam dua pagi sudah harus bangun, duduk menunggu colt angkutan membawanya dan barang dagangannya ke pasar tradisional. Subuh sudah harus menembus dingin untuk menggarap ladang dan sawah. Obrolan tentang presiden tak jauh beda dengan gosip murahan di televisi-televisi.
Dari dulu para petani sudah berdiri di atas kaki mereka sendiri. Bertumpu pada tumit yang bengkak dan pecah. Memanggul beban hidupnya yang lebih berat dari bongkahan-bongkahan belerang yang beracun itu. Sehingga ketika krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997, rakyat tetap enjoy dengan susah payah yang sudah seperti menjadi pakaian kesehariannya. Mereka tak khawatir sedikitpun karena uang yang mereka hasilnya disimpan di bawah kasur. Hasil uang dari warung dan kaki lima dimasukkan ke dalam celengan bumbung padi.
Jadi, siapa presiden yang tak diuntungkan oleh rakyat ini yang ngurusi negara seperti bancakan korporasi-korporasi tapi rakyatnya tak bergeming?
Namun, keserakahanlah yang telah menjadikan negeri yang kaya raya ini menjadi tampak sangat miskin. Rakyatnya yang kuat perkasa tampak sangat memilukan dan perlu dikasihani. Sebuah negara yang miskin negarawan.
Sebenarnya, rakyat akan sangat berterimakasih kepada siapa saja yang mau membangun dan memperbaiki jalan di pedesaan sehingga hasil bumi bisa segera dikirim ke luar daerah. Irigasi, tanggul, dan talut diperbaiki sehingga air mengalir dengan mesra dari hulu ke hilir. Ajarilah kami tentang teknologi pertanian yang mutakhir yang ramah lingkungan, tekhnologi bahari untuk mensejahterakan para nelayan. Sekolah-sekolah yang ramah dengan pengetahuan dan pendidikan. Transportasi massal yang ramah dengan kesehatan, termasuk kesehatan jiwa penumpangnya.
Siapapun, baik presiden ataupun politisi, siapapun kalau ada yang membantu rakyat seperti itu, tentu mereka akan sangat berterimakasih. Kalau toh juga tak ada yang mau, rakyat Indonesia sudah terbiasa memikul beban mereka sendiri tanpa peduli siapa presidennya, karena obrolan tentang presiden tak jauh beda dengan gosip murahan di televisi-televisi.
September 2014
0 on: "Rakyat yang Bergerak, Presiden yang Diuntungkan"