Sudah banyak orang berbagi pengalaman atau nasehat tentang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Dari nasihat kecil-kecil sampai semboyan-semboyan klise. Kali ini, saya tidak akan berbagi pengalaman tentang memanfaatkan waktu, justru sebaliknya. Saya ingin berbagi pengalaman tentang membuang waktu.
Banyak orang tidak suka melihat orang lain membuang waktu sia-sia tanpa kegiatan berarti tanpa mau menilik ke dalam. Yuk, kita lihat ke dalam, siapa tahu justru kita lebih menyia-nyiakan waktu daripada orang yang dibenci itu.
Ada banyak alasan mengapa waktu yang berharga dibiarkan begitu saja berlalu. Setidaknya poin-poin berikut dapat mewakili.
Pertama, time is not really a money. Bagaimana bisa menganggap waktu adalah uang toh dengan berlehai-lehai gaji tetap masuk ke nomor rekening pribadi. Teman-teman saya yang jadi pegawai sering berselorok begini: gak usah ngoyo toh gak jadi duit.
Memang benar, di lingkungan dia bekerja, gaji antara yang ngoyo dan yang letoy tidak jauh berbeda. Lebih dekat dari jangkauan kilan jari. Sama-sama dapat gaji pokok, tunjangan kesehatan, dan tunjangan kehadiran.
Falsafah "bekerja untuk mengabdi pada kehidupan" sepertinya mulai usang. Mulai luntur seperti tinta yang tersiram air. Memudar seperti cetakan tinta di atas kertas ATM. Kalau falsafah yang begitu saja sudah dibiarkan memudah, apalagi memaknai kata bekerja (Jawa: kerjo) dan berkarya (Jawa: makaryo). Lihat saja dua kata itu, sangat dekat antara kerjo dan makaryo tapi ikatan keduanya sudah dilepas.
Kedua, keajaiban deadline. Berapa banyak teman kita, atau mungkin kita sendiri, yang menjadi mister deadline. Yang jadi pertanyaan saya mengapa suka menjadi mister deadline. Perlahan saya mulai mendapatkan jawaban: karena pertolongan tuhan hadir di detik-detik terakhir.
Nah, lihat saja kisah para nabi dan rasul, hikayat para wali dan orang-orang suci betapa pertolongan tuhan selalu menghampiri mereka ketika daya dan upaya manusiawinya tak lagi membantu. Tangan tuhanlah yang selanjutnya bekerja. Para mister deadline sangat meyakini ini.
Ketiga, kegemaran memacu adrenalin. Saat menggiring bola kaki, mata, tangan, dan seluruh tubuh berpacu kepada satu tujuan, gawang lawan. Saat bercengkrama dengan pasangan, bibir, mata, tangan, dan seluruh tubuh berpacu pada satu tujuan pula, gawang lawan. Dan semua penyemangat itu sebenarnya berasal dari bahan bakar bernama adrenalin.
Saat mengerjakan tugas yang berjangka lama, anggota tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal. Kalau toh dapat bekerja, ia tetap tidak maksimal. Silahkan dicoba sendiri. Tetapi ketika ada adrenalin dalam tubuh berhasil dipicu, dalam sesaat performa meningkat.
Mungkin, hidup ini memang tidak sepenuhnya diikat oleh waktu. Kata Sapardi "Yang fana adalah waktu || Kita abadi: Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga || Sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa."
Ditulis untuk menjawab tantang #NulisRandom2015 -- Hari kedua.
0 on: "Alasan Tetap Menikmati Waktu Luang"