Friday, 5 June 2015

Air Mata adalah Air Mata



Teman saya tidak pernah menangis
Dia selalu mengolok-olok rekan-rekannya yang sedikit-dikit meneteskan air mata. "Menangis itu pelarian. Kalau kita menangis terus itu artinya kita selalu mencoba untuk lari. Bagaimana orang yang mempunyai tanggung jawab besar di muka bumi ini selalu mencari pelarian untuk setiap masalahnya." Begitulah teman saya berkilah. Memang, saya sebagai rekan karibnya tidak pernah melihat sama sekali dia menangis. Bahkan mengeluh. 

Kalau dia merasa kesulitan menghadapi permasalahannya, ia akan berkonsultasi -dia tidak mau menggunakan istilah curhat. Entah mengapa?- dengan teman-temannya yang cerdas. "Ketika Napoleon dibuang di sebuah pulau, dia menghadapi 'deportasinya' dengan membangun koalisi dan diskusi dengan temannya. Kehebatan Napoleon bukanlah un sich dirinya, tapi juga temannya. Saya bla.. bla.. bla... Bagaimana menurut kamu?" Begitulah cara dia berdiskusi dan berkonsultasi dengan temannya. 

Suatu hari saya menginap di rumah teman saya itu. Sebelum tidak ia tampak baik-baik saja. Dia tidur di samping saya. Di tengah malam saya terbangun. Saya merasa kalau spring-bed ini menopang beban yang lebih ringan dari pada ketika hendak tidur. Lalu tangan saya meraba ke sekitar. Ternyata saya tidur sendiri. Teman saya tidak ada di kamar bersama saya. 

Saya bangun dan keluar mencari-cari di ruang tengah. TV tetap mati. Kamar mandi juga kosong. Tapi, lamat-lamat saya mendengar isak tangis dari ruang kecil dekat ruang tamu. Saya memberanikan diri mengintip. Ternyata yang menangis itu teman saya. Jadi teman saya memang tidak pernah menangis (di depan temannya).

Air mata bukan air mata buaya
So, biar tidak dituduh cengeng, air mata buaya, manja, dan predikat lainnya, pilih-pilihlah kalau ingin menangis. Menangis itu ada tempatnya:
  1. Anak perempuanmu yang selama 20-an tahun sudah kamu suapin tiba-tiba harus dibawa pergi suaminya. Wajarlah kalau kamu menangis.
  2. Seminggu yang lalu kamu memaki-maki ayah ibumu karena tidak diterima merit dengan doi pilihanmu. Belum sempat kamu meminta maaf eh ortumu kecelakaan dalam perjalanan pulang dari masjid dan langsung koit.
  3. Nah, karena kamu sadar kalau kita ini hanya manusia biasa yang tidak punya kekuatan apapun, enggak ada salahnya kalau kita meminta pada-Nya yang maha kuasa. Enggak harus tengah malam koq, siang hari juga bisa. Kalau malu seperti teman saya itu, ya bangun tengah malam kan tidak ada salahnya. Dari pada nonton mid-night sesekali mid-night di atas sajadah ok juga kan?!** 

0 on: "Air Mata adalah Air Mata"