Wednesday, 24 June 2015

Melatih Bersembunyi Melalui Puasa


Salah satu jurus yang dilatih dalam ibadah puasa adalah kemampuan untuk menyembunyikan apa yang seharusnya disembunyikan, melatih daya mengendapkan, bukan karena takut dan tidak mampu. Justru karena kita berani dan mampu melakukan maka kita berlatih untuk menahan. Kita tahu bahwa hanya pada Allahlah puasa ditunaikan. Puasa berada dibawah pengawasan-Nya. Dia sendiri yang langsung menilai. Tentu kita tidak ingin ‘tertangkap basah’ ketika sedang menjalankan puasa ini. 

Latihan apa yang harus dilakukan?
Kitab bisa melakukan banyak hal untuk berlatih, seperti menjaga lisan untuk tidak mengungkapkan segala apa yang dilihat. Endapkanlah dalam dirimu sendiri. Kalau yang kau lihat itu adalah permasalahan yang sedang kau hadapi tunggulah sampai waktu yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ada pada pandangan matamu. Ada kalanya ketika suatu permasalahan diendapkan kau akan temukan jawaban yang ‘menggelikan’ dari permasalahan itu.
Atau dengan cara menjaga lisan untuk tidak mengungkapkan segala apa yang ada dalam kepalamu. Bisa jadi itu hanyalah letupan sesaat karena emosimu sedang tidak stabil. Bisa jadi itu hanyalah kesalahan sudut pandang yang menjadi pelantik emosi—yang kalau diterus-teruskan justru akan menurunkan harkat martabatmu sendiri.

Kita dikaruniai akal sehat yang konon itulah pembeda antara manusia dan binatang. Binatang akan melakukan apasaja supaya hasrat dalam dirinya terlampiaskan, hasrat untuk menguasai dan hasrat untuk menikmati. Menjaga akal sehat berarti menjaga definisi manusia dan binatang tetap jelas, tidak kabur.

Kita dikaruniai hati yang konon di sanalah tersimpan misykat, cahya ilahi, yang memancar ke alam semesta melalui tindak tanduk tubuh manusia. Menjaga hati tetap sehat berati menjaga cahya ilahi tetap menyala terang.

Sambunglah hati dan akal dengan 'kayu jati' seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga kepada orong-orong yang terpenggal itu. Sambungkanlah keduanya dengan kesejatian kasih sayang, dengan kesejatian nilai-nilai kemanusiaan.

Jadi, kalau kamu mendapat rejeki dalam jumlah yang besar maka bersyukurlah, tapi cukup dalam hatimu saja. Hati manusia kadang rapuh ketika melihat orang lain bahagia. Syukurmu adalah bentuk kemesraan antara dirimu dengan Tuhanmu. Jangan sampai yang mesra-mesra seperti ini ternoda oleh saudara yang terluka. Mengungkapkan syukur boleh-boleh saja. Pelan dan kencang, boleh-boleh saja. Tapi juga perlu diingat, Allah maha Mendengar.

Mungkin inilah salah satu cara memaknai imsak, memaknai menahan diri. []

0 on: "Melatih Bersembunyi Melalui Puasa"