Saat waktu senggang saya menyempatkan diri untuk membuka beberapa portal yang memuat tulisan-tulisan bernas atau mungkin satir. Juga beberapa situs favorit. Mengapa? Tentu, karena saya ingin belajar.
Tulisan mereka yang mampang di halaman depan: postingan terbaru, terpopuler, paling banyak dikomentari, sering mengilhami atau setidaknya menjadi cemeti bagi saya untuk menulis. Sering terbesit pertanyaan 'bagaimana mereka bisa menulis seperti itu?'
Kalau kita membaca How to dan ribuan tips menjadi penulis produktif kita bisa mengambil satu titik temu: sering-seringlah menulis. Menulis apa? Ya apa saja.
Saya yakin, tulisan-tulisan yang dimuat di media masa, portal, atau buku-buku yang bertebaran di galeri toko adalah hasil dari proses panjang nan disiplin. Sama seperti kekhusyuán dalam shalat yang merupakan proses panjang penempaan diri. Bukan hasil bimsalabim.
Di antara mereka barangkali telah menulis ribuan kali, mengikuti mentoring menjadi penulis kreatif, ditolak berkali-kali oleh editor, dan pengalaman yang tak terhitung sehingga mereka bisa menjadi seperti sekarang ini.
Sedangkan saya?
Saya menulis hanya karena suka. Parahnya lagi karena hanya kalau sempat. Kualitas kedisplinan yang bobrok yang tidak patut ditiru.
Ketika saya bertekad untuk menyisihkan waktu tiga puluh menit sampai satu jam setelah bel sekolah berdering, membaca beberapa lembar buku, saya berharap isi kepala saya mendapatkan asupan yang baik. Tapi saya kira itu tidak cukup. Saya ingin membuat satu tantangan untuk diri saya sendiri.
#MenulisApaSaja. Tagar yang saya buat untuk memacu kreatifitas saya dalam menulis apa saja dan harus diposting pada hari Senin dan Kamis. Orang-orang puasa, saya posting tulisan.
Bibit yang telah ditanam harus terus dirawat.
0 on: "TANTANGAN MENULIS UNTUK DIRI SENDIRI"