Hari Kamis.
Bakal terasa tegang hari ini karena belum juga ada ide untuk materi #MenulisApaSaja.
Bukan hari ini saja, sejak tekad #MenulisApaSaja tertanam, hari Senin dan Kamis menjadi hari yang bukan biasa saja seperti lainnya karena di hari itu saya menantang diri sendiri untuk memposting tulisan.
Padahal sering sekali ide sekelibat terlintas di kepala. Seperti saat mandi atau berangkat ke sekolah. Secara teori, kalau ada ide tulis kata kuncinya untuk mengikat ide supaya tidak keluyuran di mana-mana tapi, bro, gak semudah itu.
Yang paling sering, ide datang bersamaan dengan takbirotul ikhrom. Nah. Kalau sudah begini mau bagaimana lagi? Kalau memilih khusyu', ya..., harus merelakan ide cemerlang itu lenyap. Kalau mau ngelunjak, ya... terus saja runut ide itu dari awal sampai akhir. Mulai dari plot hingga isinya. Sialnya, kalau tiba-tiba ide itu lenyap bersamaan dengan salam.
Keseharian saya bergelut dalam pendidikan. Banyak kejadian menarik yang bisa ditulis. Seperti obrolan anak-anak di kamar mandi; sisa-sisa makanan di kantin, riuh obrolan anak-anak menjelang shalat Dzuhur, dan lainnya.
Ada juga keinginan untuk berbagi cerita tentang Davina Cahya Syakira. Sejak Cahya mulai bisa mengucapkan 'ba ba ba' dan 'ta ta ta' hingga kini lebih senang bermainan mulut 'brbrbrbrbr...'
Kadang, yang membuat saya urung menulis/memposting tentang mereka adalah karena ketakutan saya untuk mempertanggungjawabkan tulisan saya. Saya tidak ingin hanya mengungkapkan masalah, tetapi ada keinginan untuk menghadirkan solusi. Imbas dari ketakutan itu adalah tulisan-tulisan itu cukup berhibrenasi di folder laptop saya. Sebegitukah?
Pandangan saya:
Maraknya copy/paste opini akhir-akhir ini menunjukkan semakin besar ketakutan untuk mempertanggungjawabkan opini pribadi. Termasuk saya. Apalagi dalam melakukan copy/paste, repost, share, diawali dengan "dari group sebelah". Sebelah mana? Sebelah empang?
Mirisnya, kalau ada yang tidak setuju lantas memberi sanggahan, eh, justru mendapatkan balasan "Maaf, saya cuma berbagi tulisan. Semoga bermanfaat."
Padahal, kalau copy/paste itu dilanjutkan dengan pandangan pribadi justru akan menjadi penguat--semacam referensi--untuk opini pribadi.
Sudahlah.
Tips:
Semua yang ditumpahkan dalam sebuah tulisan berangkat dari jawaban atas apa yang terlintas, atau barangkali berangkat dari pertanyaan atas apa yang terlintas di dalam fikiran.
Kalau kita masih mampu mempertanyakan apa yang kita temui di masyarakat sebenarnya kita masih mampu melahirkan sebuah tulisan. Kalau kita masih mampu menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat sebenarnya kita masih mampu melahirkan sebuah tulisan.
Hanya saja, berani atau tidak kita mempertanggungjawabkan pertanyaan atau jawaban yang kita tuangkan dalam tulisan? []
----------------------
Untuk memenuhi tantangan #MenulisApaSaja.
Bakal terasa tegang hari ini karena belum juga ada ide untuk materi #MenulisApaSaja.
Bukan hari ini saja, sejak tekad #MenulisApaSaja tertanam, hari Senin dan Kamis menjadi hari yang bukan biasa saja seperti lainnya karena di hari itu saya menantang diri sendiri untuk memposting tulisan.
Padahal sering sekali ide sekelibat terlintas di kepala. Seperti saat mandi atau berangkat ke sekolah. Secara teori, kalau ada ide tulis kata kuncinya untuk mengikat ide supaya tidak keluyuran di mana-mana tapi, bro, gak semudah itu.
Yang paling sering, ide datang bersamaan dengan takbirotul ikhrom. Nah. Kalau sudah begini mau bagaimana lagi? Kalau memilih khusyu', ya..., harus merelakan ide cemerlang itu lenyap. Kalau mau ngelunjak, ya... terus saja runut ide itu dari awal sampai akhir. Mulai dari plot hingga isinya. Sialnya, kalau tiba-tiba ide itu lenyap bersamaan dengan salam.
Keseharian saya bergelut dalam pendidikan. Banyak kejadian menarik yang bisa ditulis. Seperti obrolan anak-anak di kamar mandi; sisa-sisa makanan di kantin, riuh obrolan anak-anak menjelang shalat Dzuhur, dan lainnya.
Ada juga keinginan untuk berbagi cerita tentang Davina Cahya Syakira. Sejak Cahya mulai bisa mengucapkan 'ba ba ba' dan 'ta ta ta' hingga kini lebih senang bermainan mulut 'brbrbrbrbr...'
Kadang, yang membuat saya urung menulis/memposting tentang mereka adalah karena ketakutan saya untuk mempertanggungjawabkan tulisan saya. Saya tidak ingin hanya mengungkapkan masalah, tetapi ada keinginan untuk menghadirkan solusi. Imbas dari ketakutan itu adalah tulisan-tulisan itu cukup berhibrenasi di folder laptop saya. Sebegitukah?
Pandangan saya:
Maraknya copy/paste opini akhir-akhir ini menunjukkan semakin besar ketakutan untuk mempertanggungjawabkan opini pribadi. Termasuk saya. Apalagi dalam melakukan copy/paste, repost, share, diawali dengan "dari group sebelah". Sebelah mana? Sebelah empang?
Mirisnya, kalau ada yang tidak setuju lantas memberi sanggahan, eh, justru mendapatkan balasan "Maaf, saya cuma berbagi tulisan. Semoga bermanfaat."
Padahal, kalau copy/paste itu dilanjutkan dengan pandangan pribadi justru akan menjadi penguat--semacam referensi--untuk opini pribadi.
Sudahlah.
Tips:
Semua yang ditumpahkan dalam sebuah tulisan berangkat dari jawaban atas apa yang terlintas, atau barangkali berangkat dari pertanyaan atas apa yang terlintas di dalam fikiran.
Kalau kita masih mampu mempertanyakan apa yang kita temui di masyarakat sebenarnya kita masih mampu melahirkan sebuah tulisan. Kalau kita masih mampu menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat sebenarnya kita masih mampu melahirkan sebuah tulisan.
Hanya saja, berani atau tidak kita mempertanggungjawabkan pertanyaan atau jawaban yang kita tuangkan dalam tulisan? []
----------------------
Untuk memenuhi tantangan #MenulisApaSaja.
0 on: "MENULIS, KEBERANIAN BERTANYA DAN MENJAWAB"